Selasa, 04 November 2014

WALL OF DEAD 

 


Wall of Death atau disingkat WOD menjadi trend baru supporter masa kini yang menyebut dirinya bagian dari Ultras. Fenomena ultras di Indonesia kini sedang menyebar di berbagai daerah. Tak bisa dipungkiri ini adalah pengaruh dari Brigata Curva Sud yang menjadi inspirasi baru supporter Indonesia. Supporter besar sekelas Aremania, Jakmania, Bobotoh/Viking,Bonek Mania tengah disaingi supporter baru era Ultras tersebut. Bukan saingan dalam artian “rusuh” namun beradu kreatifitas.

Kembali ke topik Wall of Death, WOD sebenarnya adalah aksi dari penonton konser metal,hardcore atau kita sering menyebutnya Underground. Wall of Death adalah aksi dimana penonton membagi dua kubu menjadi dua sisi kiri dan kanan mengosongkan ruang ditengahnya. Setelah aba aba musik cadas dialunkan kedua kubu yang terpisah itu menjadi satu kembali dengan “brutal” namun ini hanya just for fun, olah raga anak HC menyebutnya. Jika ada teman yang terjatuh maka kewajiban kita untuk membangunkanya karena ini hanya just fur fun. Salah jika Ultras di Indonesia sering menyebut Wall of Death adalah termasuk tradisi dari Ultras. Ultras tidak pernah melakukan hal ini.

Wall of Death dibawa ke tribun tidak bisa dipungkiri berasal dari Brigata Curva Sud. BCS membawa ini ke tribun karena memang rata rata anggotanya memang penggemar musik underground. Bahkan salah satu pionirnya kabarnya adalah anggota management Death Vomit group band death metal dari Yogyakarta. Dan komunitas underground di Yogyakarta seperti YKHC (yogya hardcore), JCG (jogja corps Grinder), IMY (independent metal yogyakarta) dan komunitas lain anggotanya adalah bagian dari Brigata Curva Sud.

Menarik memang aksi ini kita tonton di atas tribun. Aksi yang belum pernah ada sebelumnya di tribun tribun manapun didunia. Wall of Death kini sudah menginspirasi banyak orang dan akhrinya sampai di berbagai daerah di Indonesia. Ya, ini yang kita butuhkan sekarang bukan rivalitas anarkis yang kita butuhkan untuk mendukung sebuah club, bukan caci maki , dan bukan juga intimidasi namun kreatifitas.